Monday, February 3, 2014

ASKEP INTOKSIKASI (KERACUNAN)



INTOKSIKASI
A.    DEFENISI
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
B.     ETOLOGI
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :
   1.      Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
   2.      Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
    3.       Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
   4.      Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll

C.     PATOFISIOLOGI
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia

D.    MANIFESTASI
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,apakah melalui mata,paru,lambung atau melalui suntikan. Karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik,tetapi juga jenis dan kecepatan metabolismenya,pertimbangan lain meliputi perbedaan respon jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti pupil sangat kecil (pinpoint),muntah,depresi,dan hilangnya pernapasan pada keracunan akut morfin dan alkaloid.
Kulit muka merah,banyak berkeringat,tinitus,tuli,takikardia dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Riwayat menurunnya kesadaran yang jelas dan cepat,disertai dengan gangguan pernapasan dan kadang-kadang henti jantung pada orang muda sering dihubungkan dengan keracunan akut dekstroprokposifen,terutama bila digunakan bersamaan dengan alkohol.
Untuk zat aditif,gejala terdiri dari dua kelompok besar yaitu :
1.      Kelompok Sindrom Simpatotimetik
Gejala yang sering ditemukan adalah dilusi,paranoid,takikardia,hipertensi,keringat banyak,midriasis,hiperefleksi,kejang (pada kasus berat),hipotensi (pada kasus berat) dan aritmia.
Obat-obat dengan gejala tersebut adalah :Amfetamin, Kokain, Dekongestan, Intoksikasi teofilin,Intoksikasi kafein
2.       Golongan Opiat (morfin,petidin,heroin,kodein) dan sedatif
Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah koma,depresi napas,miosis,hipotensi,bradikardi,hipotermia,edema paru,bising usus menurun, hiporefleksi dan kejang.
Obat pada kelompok ini yaitu : Narkotik, Barbiturat, Benzodiazepin, Meprebamat,Etanol
E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pada keracunan diperoleh melalui analisis laboratorium. Bahan analisis dapat berasal dari bahan cairan,cairan lambung atau urin.
F.      KOMPLIKASI
Kejang,Koma,Henti jantung,Henti napas,Syok

G.    PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus keracunan adalah sebagai berikut :
   1.       Penatalaksanaan Kegawatan
Walaupun tidak dijumpai adanya kegawatan,setiap kasus keracunan harus diperlakukan seperti keadaan kegawatan yang mengancam nyawa. Penilaian terhadap tanda-tanda Vital seperti jalan napas, sirkulasi,dan penurunan kesadaran harus dilakukan secara cepat.
   2.      Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

   3.      Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.
   4.      Pemberian antidot/penawar
            Tidak semua racun ada penawarnya sehingga prinsip utama adalah mengatasi keadaan sesuai dengan masalah.
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a.        Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b.       Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c.        Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d.       Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
  5.      Penilaian Klinis
  6.      Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci. Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan,ialah :
a.       Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang digunakan,termasuk yang sering dipakai
b.      Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas tentang obat yang digunakan.
c.       Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan toksikologi
d.      Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan fungsi  autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah,nadi,ukuran pupil,keringat,air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
  7.      Dekontaminasi
            Umumnya bahan kimia tertentu dapat dengan cepat diserap melalui kulit sehingga dekontaminasi permukaan sangat diperlukan. Di samping itu,dilakukan dekontaminasi saluran cerna agar bahan yang tertelan hanya sedikit diabsorpsi,biasanya hanya diberikan pencahar,obat perangsang muntah,dan bilas lambung.
            Induksi muntah atau bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan parafin,minyak tanah, dan hasil sulingan minyak mentah lainnya.
Upaya lain untuk megeluarkan bahan/obat adalah dengan dialisis.
  8.       Terapi suportif,konsultasi,dan rehabilitasi
            Terapi suportif,konsultasi dan rehabilitasi medik harus dilihat secara holistik dan efektif dalam biaya.
   9.      Observasi dan konsultasi
   10.  Rehabilitasi

ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan napas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adaya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran. Riwayat kesehatan : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama  diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya. 

B.     DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL
   1.      Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
   2.      Resiko kekurangan cairan tubuh.
   3.      Penurunan kesadaran  berhubungan dengan depresi sistem saraf  pusat
   4.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah
   5.       Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard
   6.      Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu tubuh
   7.      Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.

C.     RENCANA KEPERAWATAN
1.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
 Intervensi :
a.       Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
b.      Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan
c.        Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional :  Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat mengurangi komsumsi oksigen
d.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun.
2.      Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan
Tujuan : Mempertahankan  pola napas tetap efektif
Intervensi :
a.       Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya
b.      Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
c.       Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction.
Rasional :  Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas
d.      Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard
3.      Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat  mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis)
Intervensi :
a.       Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran
b.       Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
c.        Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru.
d.      Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
e.       Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun
4.       Cemas  berhubungan dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan  berkurang
Intervensi :
a.       Kaji tingkat kecemasan pasien
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
b.      Jelaskan mekanisme pengobatan
Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien
c.       Tingkatkan mekanisme koping yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki efektif
d.      Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety precautions.
Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu proses pengobatan



DOWNLOAD MATERI INI DALAM BENTUK M.WORD???KLIK DOWNLOAD



download[4]

DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah,1996,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta

Mansjoer Arif,2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius,FKUI,Jakarta

Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

Sumber : Http/www.indonesianurse.htm



No comments:

Post a Comment