Sunday, February 16, 2014

ASKEP PNC : NIFAS ( PUERPERIUM)



NIFAS ( PUERPERIUM)
A.    DEFENISI
Nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan yang lamanya     ± 6 minggu (Sastrowirata, 1999 : 315).

B.     PERIODE POST PARTUM
1.      Immediate  post partum :        post partum sampai 24 jam pertama.
2.      Early post partum        :           hari pertama post partum sampai dengan minggu ketujuh.
3.      Late post partum         :           minggu kedua sampai minggu keenam

C.     TUJUAN PERAWATAN NIFAS
1.      Untuk memulihkan kesehatan umum penderita.
2.      Untuk mendapatkan kesehatan emosi.
3.      Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi.
4.      Untuk memperlancar pertumbuhan ASI.
5.      gar penderita dapat melaksanakan keperawatan sampai masa nifas selesai dan dapat memelihara bayinya dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangan bayi normal.

D.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGALAMAN MASA NIFAS
1.      Proses persalinan dan melahirkan secara alamiah serta pengalaman yang dialami oleh ibu
2.      Persiapan persalinan ibu dan persiapan menjadi orang tua
3.      Peran dan harapan aanggota keluarga
4.      Kegagalan dan masa transisi menjadi orang tua
5.      Sensitive dan keefektifan dari staf perawatn dan petugas lain.

E.     FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KOMPLIKASI
1.      Diabetes melistus
2.      Pre eklamsia dan eklamsia
3.      Pembesaran uterus berlebihan, gemelli, polihidramnion
4.      Plasenta prura atau abruption plaasenta
5.      Riwayat partus lama dan persalinan sakit

F.      PERUBAHAN MASA NIFAS
1.      Sistem Reproduksi
a.       Uterus
Proses involusi terjadi karena adanya :
·         Autolysis adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hyperplasia dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula.
·         Aktivitas otot-otot ialah adanya kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan placenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan.
·         Ischemia, disebut juga local anemia, yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan saja disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi yang cukup lama tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
b.      Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim ; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
c.       Lochia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas dan dibagi dalam beberapa jenis.
·         Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
·         Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir ; hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
·         Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
·         Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
d.      Vulva dan vagina
      Mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.
e.       Perineum
      Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya beregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju pada postnatal hari ke- 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
f.       Payudara
      Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap/perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi
2.      System perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu
3.      Sistem gastrointestinal
Buang air besar (BAB) tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan sebelum usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
4.      Sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar haemoglobin kembali normal pada heri ke- 5. meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun keadaannya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.          
5.      Sistem integument
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hyperpigmentasi kulit dinding perut (striae gravidarum). Setelah persalinan hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap yaitu “striae albikan”.



G.    PERAWATAN DAN PENGAWASAN MASA NIFAS
Perawatan post natal di rumah sakit berkisar sekitar 5 – 7 hari setelah persalinan normal : jika terdapat komplikasi atau intervensi, mungkin diperlukan waktu satu atau dua hari lebih lama. Perawatan dan observasi yang segera dilakukan terhadap ibu yang baru saja melahirkan adalah sebagai berikut :
1.      Suhu
Suhu tubuh diperiksa pagi dari sore hari. pada bagian kebidanan, suhu tubuh yang melebihi 37,20C harus dilaporkan kepada bidan bangsal yang akan menghubungi dokter jika suhu tersebut naik di atas 37,50C.
Kenaikan suhu yang sedikit sering dijumpai pada sekitar hari ke- 4 dan mungkin menyertai aktivitas payudara. Di lain pihak, setiap kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh sepsis nifas, yaitu kelainan serius yang harus segera diatasi dengan terapi antibiotik.
2.      Denyut nadi
Frekuensi denyut nadi dicatat dua kali sehari, normalnya frekuensi nadi relatif rendah selama minggu pertama setelah melahirkan. Denyut nadi yang cepat dapat disebabkan oleh infeksi, khususnya jika disertai dengan kenaikan suhu tubuh.
3.      Tekanan darah
Setelah 24 jam pertama, tekanan darah diukur dua kali sehari sampai hari ke-4 dan kemudian diukur sekali sehari. Tekanan darah yang rendah dapat menunjukkan perdarahan post partum. Tekanan darah yang tinggi mengingatkan kita kemungkinan pre-eklampsia yang dapat timbul setiap saat dalam masa nifas sekalipun kejadian seperti ini jarang terjadi.
4.      Fundus uteri
Tinggi fundus uteri diukur serta dicatat setiap hari, dan fundus uteri dipalpasi dua kali sehari untuk memastikan bahwa uterus mengalami kontraksi dengan kuat serta terletak di tengah. Tinggi fundus berkurang sebanyak kurang lebih 1 cm per hari sampai fundus uteri tidak teraba lagi lewat abdomen yang biasanya pada hari ke 11 atau ke 12.
5.      Lochia
Lochia yang mencakup darah, jaringan desidua dan hasil pembuahan yang masih tertahan, harus diobservasi dua kali sehari. Bau lochia yang normal tidak berbeda dengan bau haid. Jika baunya busuk, keadaan ini harus segera dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis nifas.
6.      Perineum
Perineum diperiksan dua kali sehari dengan penerangan yang baik, observasi untuk menemukan eritema, edema, monitor, atau tarikan pada bekas jahitan.
7.      Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosit dan tromboemboli.
8.      Diet
Makanan harus berbumbu, bergizi, dan cukup kalori sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Diet yang baik juga mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan memulai proses pemberian ASI ekslusif.
9.      Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
10.  Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 kali pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi faeces keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

11.  Perawatan payudara (mamma)
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak  keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali upaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
12.  Laktasi
Untuk menghadapi masalah laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
·         Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah.
·         Keluaran cairan susu jolong dari ductus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning-putih susu.
·         Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
·         Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang.
Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise










KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN\
A.    PENGKAJIAN
Ø  Bila ibu telah dirawat di ruang pemulihan post partum selama persalinan kala IV, ia dapat dipindahkan ke unit perawatan post partum bila kondisinya telah stabil. Pengkajian anak meliputi pelaporan pada perawat penerima catatan pasien ditinjau kembali untuk mendapatkan informasi.dari catatan prenatal dan persalinan yang akan mempengaruhi perawatan selanjutnya perawat mewawancarai pasien secara formal untuk menentukan status emosional, tingkat energi, letak dan derajat ketidaknyamanan, lapar, haus, pengetahuannya terhadap perawatan diri dan perawatan bayi
Ø  Keadaan umum :
1.       Warna muka        :           setelah melahirkan warna muka ibu akan kelihatan pucat, disebabkan adanya perdarahan.
2.       Keadaan uterus    :           keadaan uterus ibu yang perlu diawasi adalah tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus, tinggi fundus uterus berkurang sebanyak kurang lebih 1 cm perhari.
3.       Keadaan lochia    :           yang perlu diperhatikan pada pengawasan lochia ialah : warna, banyak dan baunya. Normal lochia tidak boleh mengandung bekuan darah. Jika baunya menusuk, keadaan ini harus segera dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis nifas.
4.       Keadaan perineum           :           yang perlu dikaji/perhatikan ialah bagaimana keadaan jahitannya, keadaan luka bekas jahitan, apakah bengkak atau ada iritasi.
5.       Keadaan payudara           :           hal yang perlu diperhatikan ialah keadaan puting susu, pembengkakan buah dada dan pengeluaran ASI. Bila ada kelainan diadakan perawatan.
6.       Eliminasi BAK    :           setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila buang air kecil, bila kandung kemih penuh harus diusahakan penderita dapat buang air kecil
7.       Eliminasi BAB    :           buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 hari sampai 3 hari setelah melahirkan.
8.       Istirahat, ambulasi dan tidur : setelah melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa letih dan sakit.
9.       Nutrisi      :           makanan dan minuman merupakan faktor yang sangat penting untuk memulihkan kesehatan.
10.   Ekstremitas          :           diperiksa setiap hari untuk  menemukan gejala nyeri tekan serta panas di daerah tersebut.
11.   Dampak psikologis – respon emosi.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien post partum (Menurut Susan Martin Tucker, 1998).
            1.      Potensial kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan aktif berkenaan dengan hemoragi pasca partum.
            2.      Nyeri yang berhubungan dengan episiotomi, nyeri setelah melahirkan, dan atau ketidaknyamanan payudara.
            3.      Potensial terhadap infeksi yang berhubungan dengan insisi atau laserasi.
            4.      Potensial terhadap retensi perkemihan yang berhubungan dengan trauma dan edema lanjut berkenaan dengan proses melahirkan.
            5.      Konstipasi yang berhubungan dengan nyeri episiotomy dan hemoroid sekunder terhadap proses melahirkan.
            6.      Potensial terhadap peran orang tua yang berhubungan dengan transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran..
            7.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan pasca partum.



C.     Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang sesuai untuk diagnosa yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
            1.         Potensial kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan aktif berkenaan dengan hemoragic post partum.
Tujuan :
·         Tidak terjadi hivopolemik.
·         Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
a.          Periksa fundus, kondisi episiotomi, lochia dan tingkat kesadaran 15 menit sampai stabil kemudian setiap empat sampai 8 jam.
Rasional :           Aktivitas miometri uterus menimbulkan hemostasis dengan menekan pembuluh darah endometrial. Fundus harus keras dan terletak di umbilikus. Perubahan posisi dapat menandakan kandung kemih penuh, tertahannya bekuan darah, atau relaksasi uterus.
b.         Bila fundus lunak massase sampai keras.
Rasional :           Massase fundus merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
c.          Ajarkan ibu massase sendiri terhadap fundus uterus.
Rasional :           Meningkatkan kemampuan ibu untuk mandiri dalam menolong diri sendiri.
d.         Kaji jumlah, warna dan sifat aliran lokhia setiap 15 menit.
Rasional :           Membantu mengidentifikasi laserasi yang potensial terjadi pada vagina dan serviks, yang dapat mengakibatkan aliran berlebihan dan merah terang
e.          Kaji TD dan nadi setiap 15 menit.
Rasional :           Bila perpindahan cairan terjadi dan darah diredistribusikan ke dalam dasar vena, penurunan sedang pada sistolik dan distolik TD dan takikardi ringan dapat terlihat
f.          Pertahankan cairan parenteral dengan oksitosin sesuai pesanan.
Rasional :           Meningkatkan volume darah dan menyediakan vena terbuka untuk pemberian obat-obatan darurat bila diperlukan

         2.            Nyeri yang berhubungan dengan episiotomy, nyeri setelah melahirkan dan atau ketidaknyamanan payudara.
Tujuan :
·         Nyeri hilang atau minimal.
·         Fundus uterus keras dan bebas nyeri.

Intervensi :
a.       Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat kejadian intrapartal, lama persalinan, dan pemberian anastesia atau analgesia.
Rasional   :           Membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat ketidaknyamanan/nyeri.
b.      Anjurkan penggunaan teknik pernapasan/relaksasi.
Rasional   :           Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya ketidaknyamanan berkenaan dengan after pain dan massase fundus.
c.       Posisi atau reposisi klien sesuai kebutuhan.
Rasional   :           Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah masih dipengaruhi oleh blok subarakhnoid atau peridural, yang mengganggu kemampuan klien untuk melakukan posisi nyaman.
d.      Berikan lingkungan yang tenang.
Rasional   :           Persalinan dan kelahiran adalah proses yang melelahkan. Meskipun klien mungkin terlalu girang untuk tidur, ketenangan dan istirahat dapat mencegah kelelahan yang tidak perlu.
e.       Berikan obat nyeri sesuai pesanan dan dokumentasi keefektivan.
Rasional   :           Analgesik bekerja pada pusat otak lebih tinggi untuk menurunkan persepsi nyeri.
            3.         Potensial terhadap infeksi episiotomy yang berhubungan dengan insisi dan atau laserasi.
Tujuan :
·         Episiotomy atau laserasi sembuh tanpa infeksi.
·         Tidak ada edema atau drainase.
Intervensi :
a.       Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi.
Rasional :           Pembersihan sering dari depan ke belakang (simfisis pubis ke area anal) membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki vagina atau urethra.
b.      Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
Rasional :           Membantu mencegah/menghalangi penyebaran infeksi.
c.       Catat jumlah dan bau lokhia atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
Rasional :           Lokhia secara normal mempunyai bau amis/daging; namun, pada endometritis, lokhia mungkin purulen dan bau busuk, mungkin gagal untuk menunjukkan kemajuan normal dari rubra menjadi serosa sampai alba.
d.      Perhatikan terhadap peningkatan suhu atau perubahan tanda vital.
Rasional :           Peningkatan suhu sampai 38,30 C dalam 24 jam pertama sangat menandakan infeksi; peningkatan sampai 380 C pada 2 dari 10 hari pertama pasca partum adalah bermakna.
e.       Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema atau adanya laserasi.
Rasional :           Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus.
f.       Berikan antibiotik sesuai pesanan.
Rasional :           Mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah. Pilihan antibiotik tergantung pada sensitivitas organisme infeksi.
            4.         Potensial terhadap retensi perkemihan yang berhubungan dengan trauma dan edema lanjut berkenaan dengan proses melahirkan.
Tujuan :
·         Tidak mengalami distensi kandung kemih.
·         Dapat segera berkemih.
Intervensi :
a.       Palpasi kandung kemih. Pantau tinggi fundus dan lokasi serta jumlah aliran lokhia.
Rasional :           Aliran plasma ginjal yang meningkatkan 25 % sampai 50 % selama peride pranatal tetap tinggi pada minggu I pasca partum mengakibatkan peningkatan pengisian kandung kemih. Distensi kandung kemih yang dapat dikaji dengan derajat perubahan posisi uterus menyebabkan peningkatan relaksasi uterus dan aliran lochia.
b.      Anjurkan berkemih 6 sampai 8 jam setelah melahirkan.
Rasional :           Variasi intervensi keperawatan mungkin perlu untuk merangsang atau memudahkan berkemih. Kandung kemih penuh mengganggu motilitas dan involusi uterus dan meningkatkan aliran lokhia. Distensi berlebihan kandung kemih dalam waktu lama dapat merusak dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni.
c.       Anjurkan minum 6 – 8 gelas cairan perhari.
Rasional :           Membantu mencegah statis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
d.      Kaji tanda – tanda infeksi saluran kemih.
Rasional :           Statis, higiene buruk dan masuknya bakteri dapat memberi kecenderungan klien terkena infeksi saluran kemih.
         5.            Konstipasi yang berhubungan dengan nyeri episiotomy dan hemoroid sekunder terhadap proses melahirkan.
Tujuan : Pasien defekasi dan ketidaknyamanan minimal.
Intervensi :
a.       Auskultasi adanya bising usus; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastasis rekti.
Rasional   :           Mengevaluasi fungsi usus. Adanya diastasis rekti berat (pemisahan dari dua otot rektus sepanjang garis median dari dinding abdomen) menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk upaya mengejan selama pengosongan.
b.      Anjurkan pasien untuk ambulasi sesuai toleransi.
Rasional   :           Membantu meningkatkan pristaltik gastrointestinal.
c.       Pertahankan diet reguler, tingkatkan jumlah buah dan makanan kasar.
Rasional   :           Makanan kasar (misalnya buah – buahan dan sayuran khususnya dengan biji dan kulit) dan peningkatan cairan menghasilkan bulk dan merangsang eliminasi.
d.      Berikan pelunak faeces atau laksativ sesuai pesanan.
Rasional   :           Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali ke kebiasaan defekasi normal dan mencegah mengejan atau stress perineal selama pengosongan.

      6.               Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan transisi pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran.
Tujuan : Ibu mendemonstrasikan keterampilan merawat bayi adekuat.
Intervensi :
a.       Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung, dan latar belakang budaya.
Rasional   :           Mengidentifikasi faktor – faktor risiko potensial dan sumber– sumber pendukung, yang mempengaruhi kemampuan/klien pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua.
b.      Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua.
Rasional   :           Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat
c.       Berikan rawat bersama / ruang fisik dan privasi untuk kontak diantara ibu, ayah dan bayi.
Rasional   :           Memudahkan kedekatan; membantu mengembangkan proses pengenalan.
d.      Anjurkan pasangan (ayah) untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan untuk berpartisipasi pada aktivitas perawatan bayi sesuai izin.
Rasional   :           Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa. Menekankan realitas keadaan bayi.

            7.         Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan pasca partum.
Tujuan :
           pasien mendemonstrasikan dan mengungkapkan pemahaman perawatan diri pasca partum dan perawatan bayi.
Intervensi :
a.       Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat kelelahan klien.
Rasional    :           Terdapat hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas-aktivitas perawatan diri/perawatan bayi.
b.      Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar. Bantu klien/pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan.
Rasional    :           Periode pasca natal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi.
c.       Berikan informasi tentang program latihan pasca partum progresif.
Rasional    :           Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasi, menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum.
d.      Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan hygiene; perubahan fisiologis, termasuk kemajuan normal dari cairan lochia; kebutuhan untuk tidur dan istirahat; perubahan peran; dan perubahan emosional.
Rasional    :           Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.

DOWNLOAD MATERI INI DALAM BENTUK M.WORD???


download[4]


DAFTAR PUSTAKA


Allen, Carol Vestal, (1998), Memahami Proses Keperawatan, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, (2001), Rencana Perawatan Maternitas/Bayi, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Farrer, Helen, (1999), Perawatan Maternitas, edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.
Ibrahim S. Cristina,(1993) Perawatan Kebidanan, Jilid 3, Bratara ; Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, (1999), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Muchtar, Rustam,(1998), Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, EGC. Jakarta.

Prawiroharjo Sarwono,(1999)., Ilmu Kebidanan, Edisi 2 Cetakan II Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Tucker, Susan Martin, (1998), Standar Perawatan Pasien, Edisi 5, Volume 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.