CARSINOMA MAMMAE
A. DEFENISI
Ca. Mammae merupakan penyakit yang mengancam atau semua wanita dapat
beresiko untuk terkena kanker payudara ini, tidak ada satupun penyebab spesifik
dari kanker payudara sebaliknya faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian
lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.
Kanker payudara adalah
sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada
akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker
itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase)
pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah
bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker
bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T,
2005, hal : 39-40)
B. ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak
diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga
berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi
melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya
170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat
saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada
sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa
reproduksi yang relatif panjang.
3. Menarche
pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun
4. Wanita
terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun
5. Wanita
yang belum mempunyai anak
Lebih lama
terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang
sudah punya anak.
6. Kehamilan
dan menyusui
Berkaitan erat
dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
7. Wanita
gemuk
Dengan
menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
8. Preparat
hormon estrogen
Penggunaan
preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
9. Faktor
genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)
C. ANATOMI
FISOLOGI MAMMAE
1. Anatomi
Mammae
Secara fisiologi
anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus,
ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang
lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian
yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar
interpektoralis.
2. Fisiologi
Mammae
Payudara
mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai
dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)
D. PATOFISIOLOGI
Kanker
payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan
payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya.
Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas
sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya
berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
E. MANIFESTASI
KLINIS
Pasien biasanya datang
dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu,
kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah,
dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol
sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan
tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis
yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening, nyeri pada daerah bahu,
pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap, anoreksi atau
berat badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing, penglihatan yang
kabur dan sakit kepala.
Ca payudara dapat terjadi
dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas
terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Ca payudara umumnya
terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi
dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada
payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan
dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan
adanya Ca payudara pada tahap lanjut
F. KLASIFIKASI
TNM
Pada sistem TNM dinilai tiga faktor
utama, yaitu “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu Node atau
kelenjar getah bening regional, dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh.
Untuk menganalisa faktor “T” yaitu tumor size, citra inputan yang digunakan
adalah hasil mammogram. Kemudian dilakukan proses segmentasi dengan menggunakan
metode Region Growing. Setelah hasil segmentasi diperoleh, dilakukan
penghitungan diameter tumornya. Sedangkan untuk menganalisa faktor “N” yaitu
Node, akan dibuat daftar pertanyaan yang mengarah pada ciri-ciri penyebaran
kanker ke kelenjar getah bening. Dan untuk menganalisa faktor “M” yaitu
metastasis, citra yang digunakan adalah hasil rontgen dada dengan metode yang
segmentasi livewire.
1. Tumor primer (T)
a.
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
b.
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
c.
Tis : - Kanker in situpaget dis
pada papila tanpa teraba tumor
kanker intraduktal atau
lobuler insitu
penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
d.
T1 : Tumor < 2 cm
e.
T1a : Tumor < 0,5 cm
f.
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
g.
T1c : Tumor 1 – 2 cm
h.
T2 : Tumor 2 – 5 cm
i.
T3 : Tumor diatas 5 cm
j.
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax
atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus
anterior, tidak termasuk otot pektoralis
k.
T4a : Melekat pada dinding dada
l.
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah
payudara yang sama
m.
T4c : T4a dan T4b
n.
T4d : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
a.
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b.
N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
c.
N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
d.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama
lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e.
N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
a.
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b.
M0 : Tidak ada metastase jauh
c.
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Morfologi sel darah
b.
Laju endap darah
c.
Tes faal hati
d.
Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
2. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada
penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau
cairan yang keluar dari ekskoriasi
3. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal.
Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker
diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
4. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada
daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit
dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
5. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi
panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor
sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit
yang lebih tinggi.
6. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan
kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang
padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
7. Biopsi
Untuk menentukan secara
menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa.
Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi,
pentahapan dan seleksi terapi.
8. CT. Scan
9. Dipergunakan untuk diagnosis
metastasis carsinoma payudara pada organ lain
10. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
H. STADIUM
KANKER PAYUDARA
1. Stadium
I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran
luas
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa
keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan
keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan
keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium
IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan
LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium
IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua
tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis
jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)
(Setio W, 2000, hal : 285)
I. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi
tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai
pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang
terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan
atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan
stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah
seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang
dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau
sebagian besar jaringan aksila
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot
pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila
e. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi
radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
2. Non
Pembedahan
a.
Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila,
kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b.
Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang
lanjut.
c.
Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh
data sebagai berikut:
1.
Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak
gerakan tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
2.
Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang
terkena (sistem limfe).
3.
Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan
berat badan.
4.
Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di
rumah. Stres/takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
5.
Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik
(nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman
ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat,
nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6.
Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada
kulit sekitar.
7.
Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada
ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau
suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting
meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause
lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun).
Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara,
asimetris. Kulit cekung, berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit,
pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari
puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan
kanker, khususnya bila disertai benjolan)
8.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu,
saudara wanita, bibi dari ibu atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker
endometrial atau ovarium. Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan
rata-rata lama dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam
pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan
rumah.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Pre operasi
a.
Cemas / takut
berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi,
peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan
kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri,
stimulasi simpatetik
b.
Nyeri (akut)
berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit
tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
c.
Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat
dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
d.
Resiko gangguan
konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap adanya benjolan
pada payudara
2. Pasca operasi
a.
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan luka insisi, efek radiasi dan kemotherapi,
deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
b.
Nyeri b.d
prosedur pembedahan, trauma jaringan
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis
(kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk
interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
TUJUAN :
·
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
·
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
·
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu
berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
a. Tentukan
pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
Rasional : Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan
memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b. Berikan
informasi tentang prognosis secara akurat.
Rasional : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam
memahami proses penyakitnya
c. Beri kesempatan
pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi
dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
Rasional : Dapat menurunkan
kecemasan klien.
d. Jelaskan
pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
e. Catat koping
yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
Rasional : Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan
solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan
f. Anjurkan
untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
Rasional : Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang
terdekat/keluarga.
g. Berikan
lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat
h. Pertahankan
kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Rasional : Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa
dia benar-benar ditolong.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf,
obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan
klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian,
ekspresi nyeri, kelemahan.
TUJUAN
·
Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
·
Melaporkan nyeri yang dialaminya
·
Mengikuti program pengobatan
INTERVENSI
a. Tentukan
riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Rasional : Memberikan informasi yang diperlukan untuk
merencanakan asuhan.
b. Evaluasi
therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan
keluarga tentang cara menghadapinya
Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau
tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c. Berikan
pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan
musik atau nonton TV
Rasional : Untuk meningkatkan
kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri
d. Menganjurkan
tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira,
dan berikan sentuhan therapeutik.
Rasional : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan
menurunkan stress dan ansietas
e. Evaluasi
nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
Rasional : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat
nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui
kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f. Diskusikan
penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
Rasional : Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g. Berikan
analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll
Rasional : Untuk mengatasi nyeri.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi,
keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,
pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan
komplikasi.
TUJUAN
·
Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis
dan pengobatan pada tingkatan siap.
·
Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang
alasan mengikuti prosedur tersebut.
·
Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam pengobatan.
·
Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI
a. Review
pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
Rasional : Menghindari adanya
duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b. Tentukan
persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang
pengalaman klien lain yang menderita kanker
Rasional : Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan
persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian..
c. Beri
informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan
informasi yang tidak diperlukan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami proses penyakit
d. Berikan
bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy
yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
Rasional : Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan
pengobatan.
e. Anjurkan
klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang
penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan
keluarga mengenai penyakit klien.
f. Review klien
/keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai
nutrisi yang adekuat.
g. Anjurkan
klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya
eritema, ulcerasi.
Rasional : Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan
tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h. Anjurkan klien memelihara kebersihan
kulit dan rambut.
Rasional :
Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
4. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan sekunder terhadap adanya benjolan pada payudara
TUJUAN
·
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan
persepsi klien menjadi stabil
KRITERIA
HASIL
·
Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang
kondisinya
·
Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga
dan orang dekat.
·
Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan
dirinya secara konstruktif.
·
Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
INTERVENSI
a. Kontak
dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
Rasional : Perasaan empatik dan perhatian untuk siap membantu
klien dalam mengatasi permasalahan yang ada.
b. Berikan
dorongan pada klien untuk mengekpresikan perasaan dan pikiran tentang kondisi,
kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
Rasional : Perasaan yang diungkapakan pada orang yang dipercaya
akan membuat perasaan lega dan tidak tekanan batin.
c. Berikan
informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang
penyakitnya.
Rasional : Informasi yang akurat memberikan masukan dan
instropeksi diri dalam menerima dirinya.
d. Bantu klien
mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan
kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan
pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
Rasional : Aktulisasi diri dibutuhkan bagi klien dengan kaneker.
e. Kaji respon
negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan
kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa
depan.
Rasional : Respon klien yang negatfi diperlukan bantuan baik
fisik mapun psikis-moral untuk memenuhi kebutuhan sejhri-sehari.
f. Bantu dalam
penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Dampak dari pada chemoterapi perlu adanya penjelasan
dan perawatan rambut.
g. Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara
profesional.
Rasional : Konseling kesehatan
secara bersama akan lebih lebih efektif.
PASCA OPERASI
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka
insisi, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake
nutrisi dan anemia.
TUJUAN
·
Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang
berhubungan dengan kondisi spesifik
·
Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan
percepatan penyembuhan
INTERVENSI
a. Kaji
integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati
penyembuhan luka.
Rasional : Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan
mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b. Anjurkan
klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
Rasional : Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c. Ubah posisi
klien secara teratur.
Rasional : Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu
daerah tertentu.
d.
Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian
cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
Rasional : Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang
kontra indikatif
2. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma
jaringan
TUJUAN
Nyeri berkurang/hilang
INTERVENSI
a. Kaji keluhan
nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas. Perhatikan petunjuk verbal
dan non verbal
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat
ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik
b. Bantu pasien
menemukan posisi nyaman
Rasional : Peninggian lengan, ukuran baju mempengaruhi kemampuan
pasien untuk rileks dan istirahat
c. Berikan
tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik. Anjurkan menggunakan teknik
relaksasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan
perhatian dapat meningkatkan kemampuan koping
d. Tekan dada
saat latihan batuk/nafas dalam
Rasional : Memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbuk
ketidaknyamanan
e. Berikan obat
anti nyeri yang yang teratur sebelum nyeri bertambah berat
Rasional : Mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan
pasien untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai
DOWNLOAD MATERI CA.MAMMAE ??KLIK DOWNLOAD
DOWNLOAD PENYIMPANGAN KDM CA.MAMMAE???
DAFTAR PUSTAKA
Boback M. Irene. 1996. Keperawatan Maternitas. Edisi
4. Jakarta:EGC
Corwin J. Elizabeth. 1996. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Doen goes. Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Gale. Danielle and Charette Jane. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Mansjoer. Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid ke 2. Jakarta : Media Ausculapius FKUI
Corwin J. Elizabeth. 1996. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Doen goes. Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Gale. Danielle and Charette Jane. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Mansjoer. Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid ke 2. Jakarta : Media Ausculapius FKUI
No comments:
Post a Comment