Monday, April 7, 2014

ASKEP CARSINOMA MAMMAE (KANKER PAYUDARA)



CARSINOMA MAMMAE
A.    DEFENISI
                  Ca. Mammae merupakan penyakit yang mengancam atau semua wanita dapat beresiko untuk terkena kanker payudara ini, tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara sebaliknya faktor genetik, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini.
                  Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
B.     ETIOLOGI
                  Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1.      Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2.      Masa reproduksi yang relatif panjang.
3.      Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun
4.      Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun
5.      Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
6.      Kehamilan dan menyusui
Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
7.      Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
8.      Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
9.      Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)

C.     ANATOMI FISOLOGI MAMMAE
1.      Anatomi Mammae
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
2.      Fisiologi Mammae
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

D.    PATOFISIOLOGI
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

E.     MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya datang dengan benjolan/massa di payuidara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi putting susu,   nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit.
Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi pembesaran kelenjar getah bening, nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing,  penglihatan yang kabur dan sakit kepala.
Ca payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Ca payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Ca payudara pada tahap lanjut
F.      KLASIFIKASI TNM
Pada sistem TNM dinilai tiga faktor utama, yaitu “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu Node atau kelenjar getah bening regional, dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Untuk menganalisa faktor “T” yaitu tumor size, citra inputan yang digunakan adalah hasil mammogram. Kemudian dilakukan proses segmentasi dengan menggunakan metode Region Growing. Setelah hasil segmentasi diperoleh, dilakukan penghitungan diameter tumornya. Sedangkan untuk menganalisa faktor “N” yaitu Node, akan dibuat daftar pertanyaan yang mengarah pada ciri-ciri penyebaran kanker ke kelenjar getah bening. Dan untuk menganalisa faktor “M” yaitu metastasis, citra yang digunakan adalah hasil rontgen dada dengan metode yang segmentasi livewire.
1.      Tumor primer (T)
a.       Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
b.      To : Tidak terbukti adanya tumor primer
c.        Tis : - Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor
kanker intraduktal atau lobuler insitu
 penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor
d.      T1 : Tumor < 2 cm
e.       T1a : Tumor < 0,5 cm
f.       T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
g.      T1c : Tumor 1 – 2 cm
h.       T2 : Tumor 2 – 5 cm
i.        T3 : Tumor diatas 5 cm
j.        T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior, tidak termasuk otot pektoralis
k.      T4a : Melekat pada dinding dada
l.        T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah payudara yang sama
m.    T4c : T4a dan T4b
n.      T4d : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis

2.      Nodus limfe regional (N)
a.       Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b.      N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
c.       N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
d.      N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e.       N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral

3.      Metastas jauh (M)
a.       Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b.      M0 : Tidak ada metastase jauh
c.       M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan Laboratorium
a.       Morfologi sel darah
b.      Laju endap darah
c.        Tes faal hati
d.      Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma
2.      Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi
3.      Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
4.      Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
5.      Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
6.      Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
7.      Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
8.      CT. Scan
9.      Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
10.  Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

H.    STADIUM KANKER PAYUDARA
1.      Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas
2.       Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3.       Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4.      Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5.      Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6.       Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)

I.       PENATALAKSANAAN
1.      Pembedahan
a.       Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).
b.      Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c.       Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila
d.      Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila
e.        Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.

2.      Non Pembedahan
a.       Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe ,aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.
b.      Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c.       Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)








ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh data sebagai berikut:
1.      Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).
2.      Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).
3.      Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.
4.      Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
5.      Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.
6.      Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.
7.      Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung, berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan)
8.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium. Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan rumah.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Pre operasi
a.       Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
b.      Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
c.       Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
d.      Resiko gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap adanya benjolan pada payudara

2.      Pasca operasi
a.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
b.      Nyeri b.d prosedur pembedahan, trauma jaringan

C.     RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI
1.      Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
TUJUAN :
·         Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
·         Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
·         Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
a.       Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
Rasional : Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b.      Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
Rasional : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya
c.       Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
Rasional : Dapat menurunkan kecemasan klien.
d.      Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
e.       Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
Rasional : Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan
f.       Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
Rasional : Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
g.      Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat
h.      Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Rasional : Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

2.      Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
TUJUAN
·         Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
·         Melaporkan nyeri yang dialaminya
·         Mengikuti program pengobatan
INTERVENSI
a.       Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
Rasional : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b.      Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c.       Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri
d.      Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
Rasional : Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas
e.       Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
Rasional : Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f.       Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
Rasional : Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g.      Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narkotik dll
Rasional : Untuk mengatasi nyeri.
3.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
TUJUAN
·         Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap.
·         Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur  tersebut.
·         Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan.
·         Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI
a.       Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
Rasional : Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b.      Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker
Rasional : Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian..
c.       Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
Rasional : Membantu klien dalam memahami proses penyakit
d.      Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
Rasional : Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
e.       Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f.       Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g.      Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
Rasional : Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h.       Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
Rasional : Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
4.      Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder terhadap adanya benjolan pada payudara
TUJUAN
·         Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
            KRITERIA HASIL
·         Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
·         Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
·         Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
·         Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

INTERVENSI
a.       Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
Rasional : Perasaan empatik dan perhatian untuk siap membantu klien dalam mengatasi permasalahan yang ada.
b.      Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan perasaan dan pikiran tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
Rasional : Perasaan yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan membuat perasaan lega dan tidak tekanan batin.
c.       Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
Rasional : Informasi yang akurat memberikan masukan dan instropeksi diri dalam menerima dirinya.
d.      Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
Rasional : Aktulisasi diri dibutuhkan bagi klien dengan kaneker.
e.       Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
Rasional : Respon klien yang negatfi diperlukan bantuan baik fisik mapun psikis-moral untuk memenuhi kebutuhan sejhri-sehari.
f.       Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Dampak dari pada chemoterapi perlu adanya penjelasan dan perawatan rambut.
g.      Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.
Rasional : Konseling kesehatan secara bersama akan lebih lebih efektif.

PASCA OPERASI
1.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi, efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
TUJUAN
·         Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
·         Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
INTERVENSI
a.       Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
Rasional : Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b.      Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
Rasional : Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c.       Ubah posisi klien secara teratur.
Rasional : Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d.      Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
Rasional : Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif

2.      Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan
TUJUAN
Nyeri berkurang/hilang
INTERVENSI
a.       Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas. Perhatikan petunjuk verbal dan non verbal
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgetik
b.      Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Rasional : Peninggian lengan, ukuran baju mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks dan istirahat
c.       Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik. Anjurkan menggunakan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian dapat meningkatkan kemampuan koping
d.      Tekan dada saat latihan batuk/nafas dalam
Rasional : Memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbuk ketidaknyamanan
e.       Berikan obat anti nyeri yang yang teratur sebelum nyeri bertambah berat
Rasional : Mempertahankan tingkat kenyamanan dan memungkinkan pasien untuk ambulasi tanpa nyeri yang menyertai





DOWNLOAD MATERI CA.MAMMAE ??KLIK DOWNLOAD
download[4]

DOWNLOAD PENYIMPANGAN KDM CA.MAMMAE???
download[4]




DAFTAR PUSTAKA

Boback M. Irene. 1996. Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta:EGC
Corwin J. Elizabeth. 1996. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Doen goes. Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Gale. Danielle and Charette Jane. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Mansjoer. Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid ke 2. Jakarta : Media Ausculapius FKUI

No comments:

Post a Comment